Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

"Hubungan ibarat sebuah Rumah"

Kedewasaan adalah mengetahui waktu tepat untuk membiarkan hal-hal yang tidak bisa dikendalikan pergi, sehingga kita tetap sanggup berjalan dengan kepala terangkat tinggi. Sepertinya sangat mudah alasan ini digunakan dibalik kegagalan sebuah hubungan. Faktanya, hubungan tidak pernah mati karena kesalahpahaman, ia mati karena kurangnya komunikasi terbuka, kesabaran, usaha dan kepercayaan. Tidak menyerah, kekuatan besar dan tekad kuat harus teta p dipegang. Menjaga dan menyimpan pertanyaan di dalam hati hanya akan meningkatkan frustrasi dan akan menciptakan keraguan. Lebih baik mengajukan pertanyaan sehingga dapat mengetahui banyak masalah. Argumen mungkin memberikan kepuasan sementara, namun pada akhirnya akan menghancurkan segalanya. Tidak ada salahnya melakukan langkah pertama dalam mengekspresikan perasaan dengan meminta maaf, karena hubungan sebenarnya adalah hubungan dimana dua orang yang tidak sempurna menolak untuk menyerah satu sama lain. "Hubungan itu seperti ru

“Hubungan antara Sarapan dan Kesehatan Jantung”

Kita sering beralasan untuk tidak sarapan, entah buru-buru, tidak lapar atau alasan untuk melangsingkan tubuh. Risikonya apa jika tidak sarapan? Jika tidak sarapan, kita cenderung memuaskan makan di waktu yang lain atau dengan kata lain kita akan menciptakan kebiasaan yang salah. Misalnya, kita cenderung makan lebih banyak, dan memilih makanan yang mudah didapatkan ketimbang isi kandungannya a pakah bergizi atau tidak. Bahkan akan menimbulkan efek negatif dalam hormon yang membentuk nafsu makan, gula darah dan insulin. Penelitian para dokter mekatakan bhw mereka yang menyantap sarapan yang sehat dan cukup kenyang akan lebih sedikit menghasilkan plak pada pembuluh darah arterinya. Apakah plak itu? Plak sendiri itu adalah kumpulan lemak, kalsium dan kandungan lainnya yang bisa menumpuk pada arteri sehingga mengakibatkan pengerasan dan pengecilan pada arteri. Lebih kerennya dikenal dengan arteroklerosis yang mampu seorang terkena serangan jantung, stroke dan komplikasi lainnya. Ku

BERANI BEKATA “TIDAK”

(Sebuah renungan hari Minggu di kamar kos Dylan 02 Kota Bambu Selatan II Jakarta) Dulu, saya pernah menjadi orang yang tak sanggup berkata “Tidak”. Ada semacam rasa “tidak enak”, “tidak nyaman” atau merasa “takut untuk tidak diakui” dan rasa-rasa yang lain yang membuat saya merasa tidak nyaman. Biasanya masalah utama yang dihadapi orang untuk berkata tidak adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya mengatakan "Tidak". Kita tidak bisa mengatakan ya kepada semua orang untuk semua hal. Kita perlu mengetahui tentang nilai waktu kita, nilai komitmen, keputusan, dan nilai hidup kita sendiri. Kita perlu mengerti bahwa setiap kali kita mengatakan YA pada sesuatu yang tidak penting, maka kita mengatakan TIDAK pada sesuatu yang penting. There is a saying “It’s only by saying “NO” That you can concentrate on the things, that are really important. –Steve jobs Kita perlu mengatakan "Tidak" kepada teman yang meminta kita untuk bertemu minum kopi dengan gosip, ki

Catatan Romantisme Sebungkus Nasi

Saya memanggilnya Pak’e. Dia sosok seorang bapak yang keras dan disiplin. Sosok kuatnya tercermin dari semua tindakan dan sikap kesehariannya. Karakter yang sangat berbeda dengan ibu saya. Dua karakter yang berbeda.. sangat berbeda.. yang bersatu dan menjalin kasih sayang sampai ayahku meninggal pada usia 81 tahun. Karakter yang saling mengimbangi diantara keduanya. Meskipun berbeda, Pak’e dan Mak’e (begitu saya sebut mereka)… sangatlah kompak dalam mendidik anak-anak dan cucu-cucunya. Kemiskinan yang dilalui orangtua saya tidak menghalangi mereka untuk tetap bersatu dan bekerja keras. Awalnya, Pak’e adalah seorang buruh mengambil air nira kelapa, dan mak’e buruh mencuci, namun seiring dengan ketabahan dan keuletannya mereka dapat berdagang. Berdagang musiman. Artinya berbagai barang yang dijual sesuai dengan kebutuhan pasar. Berdagang sambil berjalan menuju pasar sesuai dengan hari pasaran (Pahing, pon, wage, kliwon, legi). Catatan : pasaran berdasarkan 5 hari hitungan.  Beran

Namanya Mas Antono

Aku masih ingat ketika sebelum operasi jantung (7 Nov 2017), Mas Antono seruangan dengan suamiku di ruang Pre Operation.  Waktu itu aku dan suamiku terganggu dengan suara ringer handphone yang terus menerus. “Mas, maaf boleh di-silent HP-nya?” tanyaku ke Mas Antono “Apa?” tanya Mas Antono “Oh bukan HP mas ya yang berisik, maaf ya?” Setelah itu kami ikut orientasi ICU dan orientasi operasi bersama-sama, meskipun kami tidak sempat saling bicara. -- Hari H operasi, aku sempatkan bersalaman kepada semua pasien yang seruangan dengan suamiku beserta keluarganya. “Semoga operasinya lancar, dan segera pulih kembali.” Begitu kataku ke semuanya Sebelum pindah ke Ruang Operasi, pasien didatangi oleh seseorang yang akan berdoa bersama-sama (sesuai kepercyaan masing-masing, tentunya).  Kebetulan saat itu semuanya muslim, jadi yang didatangkan adalah kyai.  Kyai menemui setiap pasien dan keluarganya.  Setelah berdoa, pasien diikuti keluarga akan didorong ke ruang operasi. Durasi ope

Kembali pada-Nya "Mengaca dari 2017"

Melihat tahun 2017 dari kejauhan, saya merasa di ambang kegalauan. Tahun-tahun sebelumnya, saya masih bekerja sangat keras, meskipun masa depan tak terlihat dalam perencanaan.  Ada beberapa pelajaran dari tahun 2017, ysng dapat saya pakai untuk mengaca diri: 1.       Mei 2017, suami saya mulai sakit, meskipun masih bisa berjalan saat itu.  Sampai Januari 2018, suami saya belum bisa berjalan, tapi saya merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja, karena saya mempunyai alat yang saya butuhkan untuk membangun keluarga yang saya inginkan, yaitu kesabaran.  Inilah yang  pertama saya pelajari di tahun 2017 yang membuat saya berpikir bahwa tahun depan akan lebih baik dari yang terakhir. Ada kekuatan besar dalam bersikap dan bertindak. 2.        Sudah saatnya saya membuat perbedaan dalam hidup.  Bersikap keras itu tidak menguntungkan, karena akan membuat saya menjadi pemarah, yang akhirnya akan merugikan diri saya sendiri.  Berusahalah untuk mengerti dan memahami, sehingga akan muncul t

Cerita Hujan

Ini bukanlah tidur nyenyakku, malam ini. Aku terbaring di tempat tidur dan menunggu lelapku membuat pening isi kepala. Pemadaman listrik yang terlalu sering terasa bumbu pening yang makin menjadi. Apakah ini sebuah keluhan? Badan yang tak sakit menjadi sakit. Beberapa saat kemudian, aku bisa merasakan wajahku dibelai angin sepoi-sepoi. Dahi berkeringatku akhirnya merasa terhibur.  Dikit demi sedikit basah itu mengering. Aku meringis saat merasakan beberapa tetesan di wajahku dan membuka mataku hanya untuk menyadari bahwa di luar sedang hujan. Tetesan kecil itu melambung ke wajahku setelah menabrak kerei terasku. Dengan mata terbelalak, masih bermalas-malasan di teras, kulihat garis-garis penerangan menerangi kerei dan aku membiarkan wajahku mengambil semua tumpahan tetesan. Air ini semakin membuat mataku terbuka. “Hujan yang tak terhenti di bulan Januari” gumamku. Setiap tetes yang menabrak mukaku menunjukkan sebuah slide kenangan. Langit yang menderu, pencahayaan nan re

SEPATAH DOA

Ya Allah, Berikan aku beberapa ketakutanku pada-Mu, yang bisa menuntunku ke surga-Mu, dan keyakinan yang bisa meringankan aku dalam menghadapi bencana duniawi. Ya Tuhan, beri aku kesenangan dengan pendengaran, penglihatan dan kekuatan sepanjang hidupku, dan membuat semua yang bisa aku warisi, dan menjadikannya obat penawar bagi orang-orang yang menganiaya aku, dan bantulah aku melawan orang-orang yang menentangku. Dan jangan biarkan sebagian besar dunia menjadi perhatianku, atau menjadi bagian dari pengetahuanku, Aku juga tidak akan dikuasai oleh orang-orang yang tidak sayang kepadaku Amin.# 

Irhamnaa yaa Arhamar Raahimiin

Membayangkanmu di atas meja. Terlentang tak berdaya. Dengungan doa dokter-dokter muda, siap bercengkerama dengan pisau2nya. Buncahan darah merah, Mengalir dari pembuluhmu, Warna pekat, Tak hilang dalam sekejap. Kubuang semua, Pikiran buruk itu. Siksaan yang keji, Bagi pikiranku, Bak darah kesengsaraan buatku. Kumpulan receh tak berdaya lagi, Angka-angka melambung tak terelakkan, Airmata tak berguna lagi, Dengungan ayat-ayat tak terbendung, Seakan aku kan mati hari ini. Ketika angan ingin berlari, Aku berbelok dengan panik, Ke masa lalu. Untuk mengingat, Penglihatan singkat. Tapi… Banjir, Gunung meletus, Hujan badai, angin topan, Menyerang dengan sadis. Aku malu, “deritaku tak seberapa”. Pertahananku tak boleh retak, Kekuatanku tak boleh robek, Kupupuk nyali ini, Disiram berjuta cinta, Manusia2 sekelilingku. Tak pantas ku menyerah, Kulawan penjahat setan, Yang batalkan kebajikan, ksatria buta melawan derita. Melepuh dan bernoda, Cermin dinding pelindung, Pantang putus asa, Untu

Nilai Rasa yang Hilang

Siang itu aku duduk di ruang tamu kos nonton TV, tiba2 pintu terbuka. Ada 2 perempuan muda datang. Aku nggak kenal, cuma sering liat dia dateng ngunjungin tetangga kos. Sepertinya 18 atau 19 taun umurnya. Awalnya cewek muda ini keluar lagi ketika ngeliat aku, meskipun pintunya tetap dibiarkan terbuka. Duduklah mereka di teras. Tetanggaku lagi nggak ada. Dari pembicaraan mereka, mereka tau kalo tetanggaku nggak ada. Seingetku suaminya sedang operasi di salah satu RS dekat kos. Selesai makan, aku naruh piring ke Kamar. Handphone tetap kutaruh di meja, TV nggak kumatiin, artinya aku bakal balik lagi. Ketika aku ke ruang tamu, si tomboy sdh berbaring di kursi pjg. "Permisi....." kataku Dia hanya nyahut nggak jelas...." hmm?" Aku duduk di kursi lain dekat dia. Musik yg didengerinnya tetep kenceng, sampai aku nggak bisa denger suara TV. Masih dengan rasa nggak nyamanku, temennya masuk dan duduk di sebelahku. Kaki diangkat dua2nya, telapak kaki ditaruh di atas m