Irhamnaa yaa Arhamar Raahimiin

Membayangkanmu di atas meja. Terlentang tak berdaya. Dengungan doa dokter-dokter muda, siap bercengkerama dengan pisau2nya. Buncahan darah merah, Mengalir dari pembuluhmu, Warna pekat, Tak hilang dalam sekejap.
Kubuang semua, Pikiran buruk itu. Siksaan yang keji, Bagi pikiranku, Bak darah kesengsaraan buatku. Kumpulan receh tak berdaya lagi, Angka-angka melambung tak terelakkan, Airmata tak berguna lagi, Dengungan ayat-ayat tak terbendung, Seakan aku kan mati hari ini.
Ketika angan ingin berlari, Aku berbelok dengan panik, Ke masa lalu. Untuk mengingat, Penglihatan singkat. Tapi… Banjir, Gunung meletus, Hujan badai, angin topan, Menyerang dengan sadis. Aku malu, “deritaku tak seberapa”.
Pertahananku tak boleh retak, Kekuatanku tak boleh robek, Kupupuk nyali ini, Disiram berjuta cinta, Manusia2 sekelilingku. Tak pantas ku menyerah, Kulawan penjahat setan, Yang batalkan kebajikan, ksatria buta melawan derita.
Melepuh dan bernoda, Cermin dinding pelindung, Pantang putus asa, Untuk bertahan hidup, Bertahan tanpa menyerang. Istighfar, Aku akui kenikmatan-Mu, Kuakui Dosaku, Ampunilah Aku, Irhamnaa yaa Arhamar Raahimiin.#

 (Bypass femoral, Jakarta, 8 Nov 2017)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Hubungan ibarat sebuah Rumah"

BERANI BEKATA “TIDAK”

TAFAKURKU..