Namanya Mas Antono

Aku masih ingat ketika sebelum operasi jantung (7 Nov 2017), Mas Antono seruangan dengan suamiku di ruang Pre Operation.  Waktu itu aku dan suamiku terganggu dengan suara ringer handphone yang terus menerus.
“Mas, maaf boleh di-silent HP-nya?” tanyaku ke Mas Antono
“Apa?” tanya Mas Antono
“Oh bukan HP mas ya yang berisik, maaf ya?”
Setelah itu kami ikut orientasi ICU dan orientasi operasi bersama-sama, meskipun kami tidak sempat saling bicara.
--
Hari H operasi, aku sempatkan bersalaman kepada semua pasien yang seruangan dengan suamiku beserta keluarganya.
“Semoga operasinya lancar, dan segera pulih kembali.” Begitu kataku ke semuanya
Sebelum pindah ke Ruang Operasi, pasien didatangi oleh seseorang yang akan berdoa bersama-sama (sesuai kepercyaan masing-masing, tentunya).  Kebetulan saat itu semuanya muslim, jadi yang didatangkan adalah kyai.  Kyai menemui setiap pasien dan keluarganya.  Setelah berdoa, pasien diikuti keluarga akan didorong ke ruang operasi. Durasi operasi antara 4-6 jam, tergantung situasi dan kondisi maisng-masing.
Selesai opearasi pasien akan langsung dimasukkan ke ruang  ICU.  Ketika pasien stabil, keluarga akan dipanggil ke ruangan ICU.  Pasien tidur di ruang berkaca, sehingga keluarga tidak dapat berdekatan dengan pasien. Sterilisasi benar-benar dijaga.  Aku termasuk orang yang paling lama dipanggil ke ICU karena tekanan darah suamiku sangat tinggi.  Ketika aku masuk ruang ICU, 6 pasien sudah ada di Ruang ICU, kecuali mas Antono.
--
Dan, Ketika semua orang sudah masuk ke Ruang Intermediate (setelah R. ICU), Mas Antono masih di ICU.  Bahkan ketika semua sudah pindah ke ruang perawatan, mas Antono masih di ICU.  Aku selalu melihat mbak Nina yang dengan setia menunggu di Ruang tunggu.  Dia nampak sangat lelah, sesekali kulihat mbak Nina tertidur duduk di sofa.  Ketika suamiku sudah boleh pulang, aku baru sempat ngobrol dengan mbak Nina dan saling tukar nomor  HP.
--
Terakhir, aku ketemu mbak Nina di belakang RS, dan mas Antono sudah pindah ke Ruang Intermediate. Alhamdulillah.  Kupikir mas Antono membaik, waktu yang lebih lama buat penyembuhan mas Antono mungkin karena beliau terkena diabetes. Setelah pulang dari RS, aku dan suami sibuk untuk perawatan luka di penginapan dan ketemu dokter-dokter di RS lain.
--
Bulan Desember 2017 awal, aku berusaha kontak mbak Nina, karena hanya dia yang tidak pernah ketemu, sedangkan yang lain kami saling saling berkomunikasi
“Assalaamu alaikum Mbak.  Pa kabar? Gimana Mas Antono?” Begitu bunyi pesanku di WA yang kutujukan ke Mbak Nina (istri Mas Antono”
Mbak Nina nggak langsung membalas, dan ketika membalas aku begitu shocked.
“Mas Antono sudah nggak ada.” Jawab mbak Nina
“Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.  Turut berduka cita, mbak.  Mudah-mudahan Mas Antono Khusnul Khotimah.  Mbak yang ikhlas dan tabah ya.”
“Makasih. Saya masih nggak percaya mbak, kasihan anak-anak.” Jawab mbak Nina.
Kejadian ini menyadarkanku bahwa Tuhan telah menentukan takdir kita.  Kapanpun dipanggil, kita tidak bisa menolak.  Mas Antono masih belum tua, mungkin sekitar 40 tahun, tapi umur muda bukan jaminan untuk hidup lebih lama.  Manusia hanya berusaha semaksimal mungkin, dan Alloh yang menentukan.
Selamat jalan mas Antono, semoga damai di sana.#


Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Hubungan ibarat sebuah Rumah"

BERANI BEKATA “TIDAK”

TAFAKURKU..