Berobat di Bali : Harga Bule Beda ama Lokal

Dari kecil aku nggak pernah ngebedain teman atau bergaul dengan membedakan etnis, budaya, rupa, agama ataupun perbedaan-perbedaan lainnya.  Aku sangat paham bahwa setiap manusia mempunyai nilai yang sama di mata Tuhan, yang membedakan adalah amalnya.  Ini yang aku pahami sebagai muslim. Pada saat menolong aku nggak pernah tanya kamu suku apa, agamamu apa, dan lain-lain. Dasar ini aku pahami sebagai manusia, sebagai umat beragama dan sebagai warga Indonesia.

Anehnya... Aku ngalamin sendiri, ketika suami berobat di RS Swasta di Bali, dan harus membayar lebih mahal, alasannya karena dia bule. What?? Padahal suamiku punya Surat Izin Tinggal Tetap. Ini pertama kali dalam hidupku nemuin sistem pembayaran beda di Rumah sakit.  Kalau untuk turis yang jajan, masih okelah.  Ini kan urusan nyawa.  Dari yang kubaca dari ketentuan Kementerian kesehatan, nggak ada tulisan yang menyatakan bahwa turis/ WNA dikenakan pembayaran lbh mahal  di RS.  Justru aku baca bahwa ketentuan nilai dan prosentase pembayaran di RS sudah ditentukan oleh Kementrian Kesehatan.Menurut pengalaman serta info yang kami dapatkan, berobat di Salatiga, Bandung,  Jakarta dan kota lain tidak dibedakan status sebagai WNI atau WNA.  Jadi ajaiblah ya di Bali ini, yang seharusnya menjadi pulau turis, tujuan wisata yang tinggi, tapi dari dari segi kesehatan sangat mengkhawatirkan.  Pertanyaannya adalah Kenapa dunia kesehatan yang sangat dekat dengan nyawa atau kemanusiaan masih membedakan masalah ras ya? 

Ya mudah-mudahan para bule lebih bijak memilih tepat untuk berobat. At least aku belajar dengan pengalaman ini.  Next time aku bakal kupas, bagaimana analisa dokter yang bisa sangat salah, dan ini ada faktanya lho, bukan gosip.  Semuanya tertulis di medical report.  sampai ketemu di tulisan selanjutnya. Salam.#

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Hubungan ibarat sebuah Rumah"

BERANI BEKATA “TIDAK”

TAFAKURKU..